BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kematian dan kesakitan ibu di Indonesia masih merupakan masalah besar.
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 228
per 100.000 kelahiran hidup (Depkes, 2007). Kematian ibu disebabkan oleh banyak faktor. Tiga penyebab
utama adalah perdarahan, pre eklamsi/ eklamsi dan infeksi. Salah satu penyebab
infeksi adalah kejadian ketuban pecah dini yang tidak segera
mendapatkan penanganan. (www.tempo.co.id/
medika/ arsip.2011).
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya selaput ketuban sebelum ada
tanda-tanda persalinan. Menurut Eastman insiden dari KPD adalah 12% dari
seluruh kehamilan. Penyebab dari KPD masih belum jelas, maka tindakan
preventive tidak dapat dilakukan, kecuali dalam usaha menekan terjadinya
infeksi. Walaupun ketuban sering pecah spontan sebelum persalinan semakin lama
selaput tersebut pecah sebelum kelahiran akan semakin besar resiko infeksi
kepada janin maupun ibunya (Manuaba, 2010).
Untuk pengelolaan KPD masih merupakan masalah yang kontroversial dalam kebidanan. KPD dengan usia
kehamilan cukup bulan akan berhadapan dengan dua masalah, yaitu segera
mengakhiri persalinan dengan menaikkan proporsi seksio sesarea dalam proses
persalinan atau menunggu persalinan spontan yang akan menaikkan terjadinya
infeksi. Sedang KPD pada umur kehamilan kurang bulan kalau kehamilannya akan
segera diakhiri harus dapat dipastikan bahwa bayi yang akan lahir akan mampu
mengatasi masalah-masalah yang akan terjadi pada kehidupan di luar rahim
(Mochtar, 1998).
Meskipun saat ini masih banyak pertentangan mengenai penatalaksanaan KPD
yang bervariasi dari “doing nothing”
sampai pada tindakan yang berlebih-lebihan. Namun beberapa institusi
menganjurkan penatalaksanaan KPD untuk umur kehamilan lebih dari 36 minggu
yaitu dengan melakukan induksi persalinan, bila induksi persalinan gagal maka
perlu dilakukan tindakan operatif (Mochtar, 1998).
KPD adalah ketuban yang pecah
spontan yang terjadi pada sembarang usia kehamilan sebelum persalinan dimulai (Saifuddin, 2007). Menurut Straight
(2005), pada kasus KPD induksi persalinan dilakukan begitu
diagnosis ditegakkan tanpa perlu mempertimbangkan tinggi rendahnya nilai
bishop.
Induksi persalinan
yaitu suatu tindakan yang dilakukan terhadap ibu hamil yang belum inpartu untuk
merangsang terjadinya persalinan. Induksi persalinan terjadi antara 10% sampai
20% dari seluruh persalinan dengan berbagai indikasi baik dari ibu maupun dari
janinnya. Indikasi terminasi kehamilan dengan induksi adalah KPD, kehamilan postterm,
polyhidramnion, perdarahan antepartum (plasenta previa, solusio plasenta),
riwayat persalinan cepat, kanker, PEB, IUFD. Banyak metode induksi telah banyak
dilakukan dan ternyata
kegagalan sering terjadi bila servik belum matang (Wiknjosastro, 2007).
KPD adalah ketuban yang pecah
spontan yang terjadi pada sembarang usia kehamilan sebelum persalinan dengan nilai bishop dan kontraksi.
Kasus ketuban
pecah dini (KPD) di RSUD dr.Murjani Sampit pada tahun 2011 sebanyak 116 kasus
dari 748 persalinan.
Dari data-data yang didapatkan dan dengan melihat komplikasi yang bisa
terjadi pada KPD, maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang” karekteristik
ibu bersalin dengan KPD di RSUD dr.Murjani
Sampit.
B. Rumusan
Masalah
Menurut
uraian di atas
penulis merumuskan masalah sebagai berikut ” Bagaimanakah karakteristik ibu bersalin dengan KPD di RSUD dr. Murjani Sampit tahun 2011-2012?”
C. Tujuan
Penelitian
1.
Tujuan Umum
Untuk
mengetahui karakteristik
ibu bersalin dengan KPD di RSUD dr. Murjani Sampit
tahun 2011-2012.
2.
Tujuan Khusus
a.
Untuk mengetahui karakteristik ibu bersalin dengan KPD menurut umur di RSUD dr. Murjani Sampit tahun 2011-2012 .
b.
Untuk mengetahui karakteristik ibu yang bersalin
dengan KPD berdasarkan pekerjaan di RSUD dr.Murjani Sampit tahun 2011-2012.
c.
Untuk mengetahui karakteristik ibu bersalin dengan KPD,berdasarkan
paritas di RSUD dr. Mujani Sampit tahun 2011-2012.
d.
Untuk mengetahui karakteristik ibu bersalin dengan KPD berdasarkan usia kehamilan di RSUD dr. Murjani Sampit tahun 2011-2012.
e.
Untuk mengetahui karakteristik ibu bersalin dengan KPD berdasarkan riwayat
KPD di RSUD dr Murjani Sampit tahun 2011-2012.
f.
Untuk mengetahui karakteristik ibu bersalin dengan KPD berdasarkan cepalovelvic disproportion (CPD) di RSUD
dr.Murjani Sampit tahun 2011-2012.
D. Ruang
Lingkup
1.
Lingkup keilmuan
Lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah ilmu kandungan dengan
penyakit KPD serta dampak bagi janin dan bayi yang dilahirkan.
2.
Lingkup sasaran
Sasaran pada klien yang pernah melahirkan bayi dengan diagnosa KPD yang
ada di RSUD dr. Murjani Sampit.
3.
Lingkup waktu
Penelitian ini direncanakan mulai pada bulan Maret-Agustus 2012.
E. Manfaat
Penelitian
1.
Peneliti
Dengan harapan dapat menambah pengetahuan serta
pengalaman penulis dalam bidang penelitian khususnya mengenai KPD.
2.
Institusi
Pendidikan
Dengan harapan dapat menjadi bahan masukan dan
informasi bagi mahasiswa tentang karekteristik ibu bersalin dengan KPD di RSUD
dr. Murjani Sampit.
3.
Tempat
penelitian (Rumah Sakit)
Sebagai bahan masukan bagi rumah sakit dalam
meningkatkan kualitas pelayanan, melakukan pertolongan
dan perawatan segera sehingga kasus KPD
dapat
segera ditangani dan diselamatkan sehingga
tidak membawa dampak yang terlalu buruk bagi janin yang akan dilahirkan.
F. Keaslian
Penelitian
Berdasarkan
hasil penelusuran kepustakaan yang sudah dilakukan oleh peneliti, peneliti menemukan penelitian yang mirip dan
dilakukan oleh:
1.
Tri sosilowati yang berjudu “ibu bersalin dengan ketuban pecah dini (KPD) di RS AMAL SEHAT Seragen tahun 2011”.
2.
Andriyani yang berjudul “Persalinan induksi dengan ketuban pecah dini (KPD) di RS Islam Jakarta Tahun 2008”.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Tinjauan
Teori
1.
Ketuban
Pecah Dini
a.
Pengertian
Ketuban pecah dini adalah pecahnya
selaput ketuban sebelum terjadi proses persalinan yang dapat terjadi pada usia
kehamilan cukup waktu atau kurang waktu (Wiknjosastro, 2007). Ketuban pecah dini
(KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum proses persalinan berlangsung (Sarwono,
2007).
Ketuban pecah dini adalah keadaan
pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan (Sarwono Prawirohardjo, 2008,).Ketuban
pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan/ sebelum infartu, pada
pembukaan< 4 cm (Mansjoer, 2001). Ketuban pecah dini
adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan mulai dan
ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. (Manuaba, 2010).
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan
sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi
pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm
adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang
terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.
b.
Etiologi
Penyebab ketuban pecah dini masih belum
dapat diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan ada faktor-faktor
yang berhubungan erat dengan ketuban pecah dini, namun faktor-faktor mana yang
lebih berperan sulit diketahui. Adapun yang menjadi faktor resikio adalah :
1)
Infeksi, yang terjadi secara
langsung pada selaput ketuban maupun
asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan
terjadinya ketuban pecah dini.
2)
Serviks yang inkompeten, kanalis
servikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan pada serviks uteri (akibat
persalinan, curettage).
3)
Ketegangan intra uterin
yang meninggi atau meningkat secara berlebihan (overdistensi uterus) misalnya
trauma, hidramion, gameli
4)
Trauma yang didapat
misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun amniosentesis menyebabkan
terjadinya ketuban pecah dini karena biasanya disertai infeksi.
5)
Kelainan letak,
misalnya sungsang
sehingga tidak ada bagian
terendah yang menutupi pintu atas panggul serta dapat menghalangi tekanan
terhadap membran bagian bawah.
6)
Keadaan sosial ekonomi.
(Rukiyah, 2010).
Ketuban pecah dini disebabkan oleh
karena berkurangnya kekuatan membran atau meningkatnya tekanan intrauterin atau
oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh
adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Selain itu ketuban
pecah dini merupakan masalah kontroversi obstetri. Penyebab lainnya adalah
sebagai berikut :
1)
Inkompetensi serviks
(leher rahim)
Inkompetensi serviks adalah istilah
untuk menyebut kelainan pada otot-otot leher atau leher rahim (serviks) yang
terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit membuka di tengah-tengah kehamilan
karena tidak mampu menahan desakan janin yang semakin besar.
Inkompetensi serviks adalah
serviks dengan suatu kelainan anatomi yang nyata, disebabkan laserasi
sebelumnya melalui ostium uteri atau merupakan suatu kelainan congenital pada
serviks yang memungkinkan terjadinya dilatasi berlebihan tanpa perasaan nyeri
dan mules dalam masa kehamilan trimester kedua atau awal trimester ketiga yang
diikuti dengan penonjolan dan robekan selaput janin serta keluarnya hasil
konsepsi (Manuaba, 2002)
2)
Peninggian tekanan inta
uterin
Tekanan intra uterin yang meninggi atau
meningkat secara berlebihan
dapat
menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini,
misalnya :
a)
Trauma; hubungan seksual,
pemeriksaan dalam, amniosintesis
b)
Gemelli;
Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan
dua janin atau lebih. Pada kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang
berlebihan, sehingga menimbulkan adanya ketegangan rahim secara berlebihan. Hal
ini terjadi karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan kantung
(selaput ketuban ) relatif
kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan sehingga mengakibatkan
selaput ketuban tipis dan mudah pecah (Saifudin, 2006).
c)
Makrosomia
Makrosomia adalah berat badan neonatus
>4000 gram kehamilan dengan makrosomia menimbulkan distensi uterus yang
meningkat atau over distensi dan menyebabkan tekanan pada intra uterin
bertambah sehingga menekan selaput ketuban, menyebabkan selaput ketuban menjadi teregang,tipis,
dan kekuatan membran menjadi berkurang, menimbulkan selaput ketuban mudah pecah (Winkjosastro, 2007).
d)
Hidramnion
Hidramnion atau polihidramnion adalah
jumlah cairan amnion >2000mL. Uterus dapat mengandung cairan dalam jumlah
yang sangat banyak. Hidramnion kronis adalah peningkatan jumlah cairan
amnion terjadi secara berangsur-angsur. Hidramnion akut, volume tersebut
meningkat tiba-tiba dan uterus akan mengalami distensi nyata dalam waktu
beberapa hari saja
3)
Kelainan letak janin dan rahim : letak
sungsang, letak lintang.
4)
Kemungkinan kesempitan
panggul : bagian terendah belum masuk PAP (Cephalopelvic disproporsi).
5)
Korioamnionitis adalah infeksi selaput
ketuban. Biasanya disebabkan oleh penyebaran organism vagina ke
atas. Dua factor predisposisi terpenting adalah pecahnya selaput ketuban > 24
jam dan persalinan lama.
6)
Penyakit Infeksi adalah penyakit yang
disebabkan oleh sejumlah mikroorganisme yang meyebabkan infeksi
selaput ketuban. Infeksi yang terjadi menyebabkan terjadinya proses
biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan
ketuban pecah.
7)
Faktor keturunan (ion
Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan genetik)
8)
Riwayat KPD sebelumya
9)
Kelainan atau kerusakan
selaput ketuban
10)
Serviks (leher rahim)
yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu
c.
Karakteristik
ibu bersalin dengan Ketuban Pecah Dini
1)
Pekerjaan
Pekerjaan adalah suatu yang penting
dalam kehidupan dengan bekerja kita bisa memenuhi kebutuhan, namun pada masa kehamilan
pekerjaan yang berat dan dapat membahayakan
kehamilannya hendaklah dihindari untuk menjaga keselamatan ibu maupun janin.
Kejadian ketuban pecah sebelum waktunya
dapat disebabkan oleh kelelahan dalam bekerja. Hal ini dapat dijadikan
pelajaran bagi ibu-ibu hamil agar selama masa kehamilan hindari/kurangi
melakukan pekerjaan yang berat (Abdul,
2006). Pekerjaan adalah
kesibukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan dan kehidupan
keluarga .pekerjaan bukanlah sumber kesenangan tetapi lebih banyak merupakan
cara mencari nafkah yang membosankan,berulang dan banyak tantangan (Nursalam2002:133). Bekerja pada umumnya membutuhkan waktu dan tenaga yang
banyak aktivitas
yang berlebihan mempengaruhi kehamilan ibu untuk menghadapi proses persalinanya
2)
Paritas
Multigraviditas atau pritas tinggi
merupakan salah satu dari penyebab terjadinya kasus ketuban pecah sebelum
waktunya. Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut
kematian. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih
dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi, risiko pada paritas 1
dapat ditangani dengan asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan risiko pada
paritas tinggi dapat dikurangi/dicegah dengan keluarga berencana (Wiknjosastro,
2007).
3)
Umur
Adalah umur individu terhitung mulai
saat dilahirkan sampai saat berulang tahun.
Semakin
cukup umur, tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja
(Nursalam 2001:133). Dengan
bertambahnya umur seseorang maka kematangan dalam berfikir semakin baik
sehingga akan termotivasi dalam pemeriksaan kehamilam untuk mecegah komplikasi
pada masa persalinan.
4)
Riwayat Ketuban Pecah
Dini
5)
Usia Kehamilan
Komplikasi yang timbul akibat ketuban
pecah dini bergantung pada usia kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal ataupun
neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas
janin, meningkatnya insiden Sectio Caesaria, atau gagalnya
persalinan normal.
Persalinan prematur setelah ketuban
pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten tergantung umur
kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah.
Pada kehamilan antara 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan
kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.
6)
Cephalopelvic
Disproportion(CPD)
Keadaan panggul merupakan faktor penting
dalam kelangsungan persalinan,
tetapi
yang tidak kurang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan panggul
ibu. Partus
lama yang sering kali disertai pecahnya ketuban
pada pembukaan kecil,
dapat
menimbul dehidrasi serta asdosis,dan infeksi intrapartum Pengukuran panggul
(pelvimetri) merupakan cara pemeriksaanyang penting untuk mendapat keterangan
lebih banyak tentang keadaan panggul
(Sarwono,2006)
d.
Patogenesis
Sarwono (2006),
telah
menyelidiki hal ini, ternyata ada hubungannya dengan hal-hal berikut:
1)
Adanya hipermotilitis
rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah dini. Penyakit-penyakit
seperti pielonefritis, sistitis, sevisitis, dan vaginitis terdapat bersama-sama
dengan hipermotilitas rahim ini.
2)
Selaput ketuban terlalu
tipis (kelainan ketuban)
3)
Infeksi (amnionitis
atau koroamnionnitis)
4)
Faktor-faktor lain yang
merupakan predisposisi ialah: multifara,malposisi, cervix incompeten,dan
lain-lain.
5)
Ketuban pecah dini
artifisial(amniotomi),di mana berisi ketuban dipecahkan terlalu dini.
Kadang-kadang sulit atau meragukan kita
apakah ketuban benar sudah pecah atau belum, apalagi bila pembukaan
kanalis servikalis belum ada atau kecil.
Cara
menentukannya adalah dengan:
1)
Memeriksa adanya cairan
yang berisi mekoneum,verniks kaseosa,rambut lanugo atau bila telah terinfeksi
berbau.
2)
Inspekulo: lihat dan
perhatikan apakah memang air ketuban keluar dari kanalis serviks dan apakah ada
bagian yang sudah pecah.
3)
Gunakan kertas lakmus
(litmus) :
a)
bila menjadi biru
(basa)- air ketuban.
b)
bila menjadi merah
(merah)- air kemih (urine)
4)
Pemeriksaan pH forniks
posterior pada KPD pH adalah basa (air
ketuban).
5)
Pemeriksaan
histopatologi air ketuban.
6)
Aborization dan
sitologi
KPD berpengaruh terhadap kehamilan dan
persalinan. Jarak
antara pecahnya ketuban dipermulaan dari persalinan disebut periode laten =LP =
lag periode. Muda umur kehamilan makin memanjang LP-nya, sedangkan lamanya
persalinan lebih pendek dari biasa,
yaitu
pada primi 10 jam dan 6 jam.
Pengaruh ketuban pecah dini (KPD) :
1)
Terhadap janin
Walaupun ibu belum menunjukan
gejala-gejala infeksi tetapi janin mungkin sudah terkena infeksi, karena
infeksi intrauterin lebih dahulu terjadi (aminionitis,vaskulitis) sebelum
gejala pada ibu dirasakan,
jadi
akan meninggikan mortalitas dan mobiditas perinatal.
2)
Terhadap ibu
Karena
jalan telah terbuka, maka
dapat terjadi infeksi intrapartal,
apa
lagi terlalu sering diperiksa dalam,
selain
itu juga dapat dijumpai infeksi peupuralis (nifas), peritonitis dan seftikamia,
serta dry-labor.
Ibu akan merasa lelah karena terbaring
di tempat
tidur, partus akan menjadi lama maka suhu tubuh naik,nadi cepat dan nampaklah
gejala-gejala infeksi.
Hal-hal di atas akan meninggikan angka
kematian dan angka morbiditas pada ibu.
e.
Prognosis
Prognosa ketuban pecah dini ditentukan oleh
cara penatalaksanaan dan komplikasi-komplikasi dari kehamilan (Mochtar, 1998). Prognosa untuk janin tergantung pada
:
1)
Maturitas janin: bayi yang beratnya di bawah 2500 gram mempunyai prognosis yang lebih jelek
dibanding bayi lebih besar.
2)
Presentasi: presentasi bokong menunjukkan prognosis yang
jelek , khususnya kalau bayinya premature.
3)
Infeksi intra uterin meningkat mortalitas janin.
4)
Semakin lama kehamilan berlangsung dengan ketuban pecah ,
semakin tinggi insiden infeksi.
Ditentukan
oleh cara penatalaksanaan dan komplikasi-komplikasi yang mungkin timbul serta
umur dari kehamilan.
Janin
diusahakan bertahan sampai minimal 36 minggu kehamilan dan diharapkan janin
sudah siap bila terpaksa harus dilahirkan. Kehamilan dengan ketuban pecah dini
biasanya berujung kepada persalinan dengan bantuan atau operasi. Dinding kantung ketuban tidak berisi
pembuluh darah sehingga tidak ada perdarahan ketika pecah. Ketika usia
kehamilan semakin tua, dinding ketuban semakin tipis namun masih cukup kuat
menahan tekanan yang semakin besar dari janin, sampai saat waktu persalinan.
Bahkan ada dinding ketuban yang harus dipecahkan dokter bila saat persalinan
ketuban belum pecah.
Disebut
ketuban pecah dini atau premature rupture of membrane, jika
ketuban pecah sebelum benar-benar masuk dalam tahap persalinan. Ada juga yang disebut preterm premature rupture of membrane,
yakni ketuban pecah saat usia kehamilan belum masa aterm atau kehamilan di
bawah 38-42 minggu.
Ketuban
atau cairan amnion adalah cairan yang memenuhi rahim yang diproduksi sel-sel trofoblas. Cairan ini merupakan
sumber makanan janin dalam kandungan. Sejak berusia 12 minggu, janin mulai
minum air ketuban dan mengeluarkannya melalui air seni. Cairan itu berada dalam
kantung, yang disebut kantung ketuban, yang terdiri dari jaringan tipis kurang
dari 1 milimeter.
Ada beberapa faktor yang membuat
ketuban pecah sebelum waktunya:
1)
lnfeksi yang biasanya berawal dari
kemaluan, lalu naik ke mulut rahim, leher rahim, dan dinding ketuban. Dinding
ketuban paling bawah merupakan bagian yang paling rentan karena mendapat
tekanan dari bobot janin, dan juga yang pertama mendapat infeksi dari kemaluan.
2)
Gangguan pada leher rahim (cervix incompetence) sehingga dinding ketuban paling bawah mendapatkan
tekanan yang semakin tinggi.
3)
Posisi plasenta di bawah. Posisi plasenta yang baik di
sebelah atas agak ke kiri atau kanan sedikit.
4)
Tindakan invasif ke leher rahim, misalnya karena pemeriksaan medis
atau upaya pengguguran.
5)
Gangguan terhadap jaringan kolagen penyangga
dinding
amnion, misalnya kebiasaan merokok dan minum alkohol.
amnion, misalnya kebiasaan merokok dan minum alkohol.
6)
Tekanan di dalam rahim meningkat karena
cairan ketuban berlebihan, kehamilan kembar, janin yang besar, atau adanya
kelainan anatomis pada janin.
Pada
kasus ketuban pecah dini, dokter akan meminta ibu hamil beristirahat total.
Dokter juga akan memberikan obat untuk mencegah kontraksi sehingga janin selama
mungkin dipertahankan dalam rahim sampai menjelang datangnya waktu persalinan
atau masa aterm.
f.
Komplikasi
Komplikasi yang timbul akibat ketuban
pecah dini bergantung pada usia kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal ataupun
neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas
janin, meningkatnya insiden SC, atau gagalnya persalinan normal.
1)
Persalinan
Prematur
Setelah
ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten tergantung
umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah ketuban
pecah. Pada kehamilan antara 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada
kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.
2)
Infeksi
Risiko
infeksi ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah dini. Pada ibu terjadi korioamnionitis.
Pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia, omfalitis. Umumnya terjadi
korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban pecah dini premature,
infeksi lebih sering dari pada aterm. Secara umum insiden infeksi sekunder pada
KPD meningkat sebanding dengan lamanya periode laten.
3)
Hipoksia dan asfiksia
Dengan
pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga terjadi
asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin dan
derajat oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat.
4)
Syndrom deformitas
janin
Ketuban
pecah dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin terhambat,
kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin, serta hipoplasi
pulmonal.
Adapun
pendapat yang lain (Mochtar, 1998):
1)
Bagi Janin
a)
Prematuritas
b)
Infeksi
c)
Semakin lama periode
laten, semakin lama kala satu persalinan, maka semakin besar insiden infeksi
d)
Mal presentasi; sering dijumpai pada
presentasi bokong
e)
Prolaps tali pusat; sering dijumpai,
khususnya pada bayi prematur
f)
Mortalitas perinatal; semakin lama periode
laten semakin tinggi mortalitasnya
2)
Bagi Ibu
a)
Partus Lama
Adanya
inkoordinasi kontraksi otot rahim akibat dari induksi persalinan dengan
oksitosin sehingga menyebabkan sulitnya kekuatan otot rahim untuk meningkatkan
pembukaan atau pengusiran janin dari dalam rahim.
b)
Perdarahan post partum
Adanya
penggunaan narkosa pada penanganan ketuban pecah dini dengan tindakan induksi
c)
Atonia Uteri
Bila
pada saat ketuban pecah servik belum matang atau belum membuka sehingga akan
memperlama proses persalinan dan menyebabkan kelelahan pada ibu yang berakibat
pada lemahnya kontraksi uterus.
d)
Infeksi Nifas
Adanya
infeksi intra partum akibat ketuban pecah lebih dari 6 jam.
B.
Kerangka
Teori dan Kerangka Konsep
Penyebab ketuban pecah dini masih belum
dapat diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Umur individu
terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan
kekuatan seseorang akan lebih
matang dalam berfikir dan bekerja (Nursalam 2001:133). Dengan bertambahnya umur
seseorang maka kematangan dalam berfikir semakin baik sehingga akan termotivasi
dalam pemeriksaan kehamilam untuk mecegah komplikasi pada masa persalian.
Multigraviditas atau paritas tinggi merupakan
salah satu dari penyebab terjadinya kasus ketuban pecah sebelum waktunya (Sarwono, 2005)
Kejadian ketuban pecah sebelum waktunya
dapat disebabkan oleh kelelahan dalam bekerja. Hal ini dapat dijadikan
pelajaran bagi ibu-ibu hamil agar selama masa kehamilan hindari/kurangi
melakukan pekerjaan yang berat (Mochtar,
2007)
Komplikasi
yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada usia kehamilan.
Berdasarkan teori di atas untuk lebih jelas
dapat dilihat bagan kerangka konsep berikut ini:
Bagan 2.1
Kerangka Konsep
C.
Pertanyaan
Penelitian
“Bagaimanakah
karakteristik ibu bersalin dengan KPD (ketuban pecah dini) di RSUD dr. Murjani Sampit
tahun 2011-2012”
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Jenis
Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif yaitu suatu
metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama membuat gambaran diskripsi
tentang suatu keadaan secara obyektif (Notoatmodjo, 2002). Di mana bertujuan untuk mendapatkan
karakteristik ibu bersalin dengan KPD di RSUD dr. Murjani Sampit tahun 2012.
B.
Desain
Penelitian
Desain penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan Cross Sectional karena pengambilan data
faktor-faktor yang berhubungan dengan karakteristik ibu bersalin dengan KPD di
RSUD dr. Murjani Sampit. tidak melakukan intervensi atau perlakukan apapun
terhadap objek penelitian dan pengukuran variabel pada saat yang bersamaan (Notoatmodjo,2005)
C.
Variabel
Penelitian dan Definisi Operasional
1.
Variabel
Penelitian
Variabel
adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang
berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain. (Notoatmodjo, 2010).
Variabel yang akan diteliti dalam
penelitian adalah:
a.
umur
b.
paritas
c.
perkerjaan
d.
usia kehamilan
e.
Riwayat KPD
f.
Cephalopelvic
disproportion (CPD) /(panggul sempit).
2.
Definisi Operasional
Definisi
operasional adalah mendefinisikan
variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati,
memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau
fenomena. Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan
dalam penelitian (Aziz,
A, 2009).
Tabel 3.1
Definisi Operasional
Variabel
|
Defenisi
oprasional
|
Hasil
ukur
|
Alat ukur
|
Skala
|
-
Umur
|
Lama seseorang individu hidup sejak
dinyataka dalam hitungan tahun.
|
-
<20
-
>20-35thn
-
>35 thn
|
ceklist
|
- Ordinal
|
-
paritas
|
Jumlah anak yang pernahdi lahirkan
baik lahir hidup maupun lahir mati yang dinyatakan dalam orang kemudian
dimasukan dalam kategori umum yang biasa digunakan.
|
-
0
-
1
-
3-5
-
>5
|
ceklist
|
- Ordinal
|
-
pekerjaan
|
Suatu kegiatan utama ibu hamil yang
dilakukan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan hidup nya.
|
-
Irt
-
pns
-
pedagang
-
petani
-
karyawan
|
ceklist
|
- nominal
|
- usia
kehamilan
|
Lama sesorang ibu hamil dari 0- sampai
dengan wktu persalinanya
|
-
21 minggu
-
28 minggu
-
35 minggu
-
40 minggu
|
ceklist
|
- Nominal
|
-
Riwayat KPD
|
Pernah atau tidak nya mengalami kpd
|
-
Pernah
-
Tidak pernah
|
ceklist
|
- Nominal
|
Status CPD(panggul sempit )
|
Status sepalopelvic disproporsi(CPD)
yang dimiliki oleh ibu bersalin dengan ketuban pecah dini(KPD).
|
-
ibu dengan CPD
-
ibu tidak
dengan CPD
|
Ceklist
|
- nominal
|
D.
Populasi
dan Sampel
1.
Populasi
Dalam penelitian ini populasi adalah
ibu bersalin dengan KPD pada tahun 2011 dan periode januari-Maret 2012 yang ada di RSUD dr. Murjani Sampit.
2.
Sampel
Sampel adalah sebagian atau
wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006) Sampel adalah sebagian yang
diteliti yang dianggap mewakili seluruh populasi. Sampel kasus diambil
berdasarkan hasil pemeriksaan secara klinis, ibu yang bersalin terindikasi KPD yang dirawat
di Rumah Sakit Dr. Murjani Sampit. Dalam hal ini jumlah sampel yang ditetapkan
berjumlah 144 kasus KPD.
E.
Prosedur
Pengumpulan Data
Prosedur
pengumpulan data dilakukan dengan cara menggunakan data sekunder. Data sekunder
adalah data yang didapatkan dari pihak RSUD Dr. Murjani. Instrumen yang digunakan
untuk pengumpulan data pada penelitian berupa ceklist sesuai rekam medik atau medical record, ibu bersalin dengan KPD
di RSUD Dr.Murjani Sampit Tahun 2011-2012.
F.
Pengelolaan
dan Analisis Data
1.
Pengolahan data
Setelah
data terkumpul dari lembar observasi atau check
list, maka dilakukan pengolahan data yang melalui tahapan sebagai berikut :
a.
Editing,
pada tahap ini penulis melakukan pemeriksaan terhadap data yang diperoleh
kemudian diteliti apakah terdapat kekeliruan dalam pengisiannya.
b.
Coding,
setelah dilakukan editing selanjutnya
penulis memberikan kode tertentu pada tiap-tiap data sehingga memudahkan dalam
melakukan analisis
data.
c.
Tabulasi, pada tahap
ini hasil lembar observasi responden yang sama dikelompokan dengan teliti dan
teratur, lalu dihitung dan dijumlahkan kemudian disajikan dalam bentuk tabel-tabel.
d.
Entry, data yang sudah diberi
kode kemudian dimasukkan ke dalam computer
untuk di entry.
e.
Cleaning,
merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang
dimasukan, dilakukan bila terdapat kesalahan dalam
memasukan data yaitu dengan melihat distribusi frekuensi dari variabel-variabel
yang diteliti.
2.
Analisis data
Analisis data ini dilakukan dengan
mengumpulkan catatan yang relevan dan menghubungkan antara yang satu dengan
yang lainnya sehingga diperoleh kesimpulan. Dalam analisis ini penulis
menggunakan analisa univariat yaitu manghasilkan distribusi frekuensi dan
presentase dari tiap variabel. Dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
x
100 %
Keterangan
:
P
: Presentase
n
: Frekuensi setiap kategori
N
: Jumlah responden
G.
Keterbatasan Penelitian
Data yang tersedia adalah
data sekunder dan informasi yang ada dalam catatan rekam medis sangat terbatas
sehingga tidak semua hal-hal yang berkaitan dengan KPD dapat digali secara
mendalam.
H.
Lokasi dan Jadwal Penelitian
1.
Lokasi, penelitian ini
dilakukan di Ruang Kebidanan RSUD Dr.Murjani Kabupaten Kotawaringin Timur.
2.
Waktu Penelitian, penelitian
ini dimulai bulan Maret
2012 sampai dengan Agustus
2012.