Selasa, 16 Oktober 2012

Proposal KTI KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI (KPD) DI RSUD Dr. MURJANI SAMPIT TAHUN 2012


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Kematian dan kesakitan ibu di Indonesia masih merupakan masalah besar. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes, 2007). Kematian ibu disebabkan oleh banyak faktor. Tiga penyebab utama adalah perdarahan, pre eklamsi/ eklamsi dan infeksi. Salah satu penyebab infeksi adalah kejadian ketuban pecah dini yang tidak segera mendapatkan penanganan. (www.tempo.co.id/ medika/ arsip.2011).
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya selaput ketuban sebelum ada tanda-tanda persalinan. Menurut Eastman insiden dari KPD adalah 12% dari seluruh kehamilan. Penyebab dari KPD masih belum jelas, maka tindakan preventive tidak dapat dilakukan, kecuali dalam usaha menekan terjadinya infeksi. Walaupun ketuban sering pecah spontan sebelum persalinan semakin lama selaput tersebut pecah sebelum kelahiran akan semakin besar resiko infeksi kepada janin maupun ibunya (Manuaba, 2010).
Untuk pengelolaan KPD masih merupakan masalah yang kontroversial dalam kebidanan. KPD dengan usia kehamilan cukup bulan akan berhadapan dengan dua masalah, yaitu segera mengakhiri persalinan dengan menaikkan proporsi seksio sesarea dalam proses persalinan atau menunggu persalinan spontan yang akan menaikkan terjadinya infeksi. Sedang KPD pada umur kehamilan kurang bulan kalau kehamilannya akan segera diakhiri harus dapat dipastikan bahwa bayi yang akan lahir akan mampu mengatasi masalah-masalah yang akan terjadi pada kehidupan di luar rahim (Mochtar, 1998).
Meskipun saat ini masih banyak pertentangan mengenai penatalaksanaan KPD yang bervariasi dari “doing nothing” sampai pada tindakan yang berlebih-lebihan. Namun beberapa institusi menganjurkan penatalaksanaan KPD untuk umur kehamilan lebih dari 36 minggu yaitu dengan melakukan induksi persalinan, bila induksi persalinan gagal maka perlu dilakukan tindakan operatif (Mochtar, 1998).
KPD adalah ketuban yang pecah spontan yang terjadi pada sembarang usia kehamilan sebelum persalinan dimulai (Saifuddin, 2007). Menurut Straight (2005), pada kasus KPD induksi persalinan dilakukan begitu diagnosis ditegakkan tanpa perlu mempertimbangkan tinggi rendahnya nilai bishop.
Induksi persalinan yaitu suatu tindakan yang dilakukan terhadap ibu hamil yang belum inpartu untuk merangsang terjadinya persalinan. Induksi persalinan terjadi antara 10% sampai 20% dari seluruh persalinan dengan berbagai indikasi baik dari ibu maupun dari janinnya. Indikasi terminasi kehamilan dengan induksi adalah KPD, kehamilan postterm, polyhidramnion, perdarahan antepartum (plasenta previa, solusio plasenta), riwayat persalinan cepat, kanker, PEB, IUFD. Banyak metode induksi telah banyak dilakukan dan ternyata kegagalan sering terjadi bila servik belum matang (Wiknjosastro, 2007).
KPD adalah ketuban yang pecah spontan yang terjadi pada sembarang usia kehamilan sebelum persalinan dengan nilai bishop dan kontraksi. Kasus ketuban pecah dini (KPD) di RSUD dr.Murjani Sampit pada tahun 2011 sebanyak 116 kasus dari 748 persalinan.
Dari data-data yang didapatkan dan dengan melihat komplikasi yang bisa terjadi pada KPD, maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang” karekteristik ibu bersalin dengan KPD di RSUD dr.Murjani Sampit.

B.       Rumusan Masalah
Menurut uraian di atas penulis merumuskan masalah sebagai berikut Bagaimanakah karakteristik ibu bersalin dengan KPD di RSUD dr. Murjani Sampit tahun 2011-2012?”

C.      Tujuan Penelitian
1.    Tujuan Umum
Untuk mengetahui karakteristik ibu bersalin dengan KPD di RSUD dr. Murjani Sampit tahun 2011-2012.
2.    Tujuan Khusus
a.         Untuk mengetahui karakteristik ibu bersalin dengan KPD menurut umur di RSUD dr. Murjani Sampit tahun 2011-2012 .
b.         Untuk mengetahui karakteristik ibu yang bersalin dengan KPD berdasarkan pekerjaan di RSUD dr.Murjani Sampit tahun 2011-2012.
c.         Untuk mengetahui karakteristik ibu bersalin dengan KPD,berdasarkan paritas di RSUD dr. Mujani Sampit tahun 2011-2012.
d.        Untuk mengetahui karakteristik ibu bersalin dengan KPD berdasarkan usia kehamilan di RSUD dr. Murjani Sampit tahun 2011-2012.
e.         Untuk mengetahui karakteristik ibu bersalin dengan KPD berdasarkan riwayat KPD di RSUD dr Murjani Sampit tahun 2011-2012.
f.          Untuk mengetahui karakteristik ibu bersalin dengan KPD berdasarkan cepalovelvic disproportion (CPD) di RSUD dr.Murjani Sampit tahun 2011-2012.

D.      Ruang Lingkup
1.    Lingkup keilmuan
Lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah ilmu kandungan dengan penyakit KPD serta dampak bagi janin dan bayi yang dilahirkan.
2.    Lingkup sasaran
Sasaran pada klien yang pernah melahirkan bayi dengan diagnosa KPD yang ada di RSUD dr. Murjani Sampit.
3.    Lingkup waktu
Penelitian ini direncanakan mulai pada bulan Maret-Agustus 2012.

E.       Manfaat Penelitian
1.    Peneliti
Dengan harapan dapat menambah pengetahuan serta pengalaman penulis dalam bidang penelitian khususnya mengenai KPD.
2.    Institusi Pendidikan
Dengan harapan dapat menjadi bahan masukan dan informasi bagi mahasiswa tentang karekteristik ibu bersalin dengan KPD di RSUD dr. Murjani Sampit.
3.    Tempat penelitian (Rumah Sakit)
Sebagai bahan masukan bagi rumah sakit dalam meningkatkan kualitas pelayanan, melakukan pertolongan dan perawatan segera sehingga kasus KPD dapat segera ditangani dan diselamatkan sehingga tidak membawa dampak yang terlalu buruk bagi janin yang akan dilahirkan.

F.       Keaslian Penelitian
Berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan yang sudah dilakukan oleh peneliti, peneliti menemukan penelitian yang mirip dan dilakukan oleh:
1.    Tri sosilowati yang berjudu “ibu bersalin dengan ketuban pecah dini (KPD) di RS AMAL SEHAT Seragen tahun 2011.
2.    Andriyani yang berjudul “Persalinan induksi dengan ketuban pecah dini (KPD) di RS Islam Jakarta Tahun 2008

 
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.      Tinjauan Teori
1.        Ketuban Pecah Dini
a.        Pengertian
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terjadi proses persalinan yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau kurang waktu (Wiknjosastro, 2007). Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum proses persalinan berlangsung (Sarwono, 2007).
Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan (Sarwono Prawirohardjo, 2008,).Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan/ sebelum infartu,  pada pembukaan< 4 cm (Mansjoer, 2001). Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. (Manuaba, 2010).
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.


b.        Etiologi
Penyebab ketuban pecah dini masih belum dapat diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan ada faktor-faktor yang berhubungan erat dengan ketuban pecah dini, namun faktor-faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui. Adapun yang menjadi faktor resikio adalah :
1)             Infeksi, yang terjadi secara langsung  pada selaput ketuban maupun asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini.
2)             Serviks yang inkompeten, kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan pada serviks uteri (akibat persalinan, curettage).
3)             Ketegangan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan (overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramion, gameli
4)             Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun amniosentesis menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini karena biasanya disertai infeksi.
5)             Kelainan letak, misalnya sungsang sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul serta dapat menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah.
6)             Keadaan sosial ekonomi. (Rukiyah, 2010).
Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran atau meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Selain itu ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversi obstetri. Penyebab lainnya adalah sebagai berikut :
1)             Inkompetensi serviks (leher rahim)
Inkompetensi serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit membuka di tengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin yang semakin besar.
Inkompetensi serviks  adalah serviks dengan suatu kelainan anatomi yang nyata, disebabkan laserasi sebelumnya melalui ostium uteri atau merupakan suatu kelainan congenital pada serviks yang memungkinkan terjadinya dilatasi berlebihan tanpa perasaan nyeri dan mules dalam masa kehamilan trimester kedua atau awal trimester ketiga yang diikuti dengan penonjolan dan robekan selaput janin serta keluarnya hasil konsepsi (Manuaba, 2002)
2)             Peninggian tekanan inta uterin
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini, misalnya :
a)    Trauma; hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis
b)   Gemelli;
Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga menimbulkan adanya ketegangan rahim secara berlebihan. Hal ini terjadi karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan kantung (selaput ketuban ) relatif kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan sehingga mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah pecah (Saifudin, 2006).
c)             Makrosomia
Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram kehamilan dengan makrosomia menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau over distensi dan menyebabkan tekanan pada intra uterin bertambah sehingga menekan selaput ketuban, menyebabkan selaput ketuban menjadi teregang,tipis, dan kekuatan membran menjadi berkurang, menimbulkan selaput ketuban mudah pecah (Winkjosastro, 2007).
d)            Hidramnion
Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion >2000mL. Uterus dapat mengandung cairan dalam jumlah yang sangat banyak. Hidramnion kronis adalah peningkatan jumlah cairan amnion terjadi secara berangsur-angsur. Hidramnion akut, volume tersebut meningkat tiba-tiba dan uterus akan mengalami distensi nyata dalam waktu beberapa hari saja
3)              Kelainan letak janin dan rahim : letak sungsang, letak lintang.
4)             Kemungkinan kesempitan panggul : bagian terendah belum masuk PAP (Cephalopelvic disproporsi).
5)             Korioamnionitis adalah infeksi selaput ketuban. Biasanya disebabkan oleh penyebaran organism vagina ke atas. Dua factor predisposisi terpenting adalah pecahnya selaput ketuban > 24 jam dan persalinan lama.
6)             Penyakit Infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah mikroorganisme yang meyebabkan infeksi selaput ketuban. Infeksi yang terjadi menyebabkan terjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.
7)             Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan genetik)
8)             Riwayat KPD sebelumya
9)             Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
10)         Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu
c.              Karakteristik ibu bersalin dengan Ketuban Pecah Dini
1)             Pekerjaan
Pekerjaan adalah suatu yang penting dalam kehidupan dengan bekerja kita bisa memenuhi kebutuhan, namun pada masa kehamilan pekerjaan yang berat dan dapat membahayakan kehamilannya hendaklah dihindari untuk menjaga keselamatan ibu maupun janin.
Kejadian ketuban pecah sebelum waktunya dapat disebabkan oleh kelelahan dalam bekerja. Hal ini dapat dijadikan pelajaran bagi ibu-ibu hamil agar selama masa kehamilan hindari/kurangi melakukan pekerjaan yang berat (Abdul, 2006). Pekerjaan adalah kesibukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan dan kehidupan keluarga .pekerjaan bukanlah sumber kesenangan tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan,berulang dan banyak tantangan (Nursalam2002:133). Bekerja pada  umumnya membutuhkan waktu dan tenaga yang banyak aktivitas yang berlebihan mempengaruhi kehamilan ibu untuk  menghadapi proses persalinanya
2)             Paritas
Multigraviditas atau pritas tinggi merupakan salah satu dari penyebab terjadinya kasus ketuban pecah sebelum waktunya. Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi, risiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan risiko pada paritas tinggi dapat dikurangi/dicegah dengan keluarga berencana (Wiknjosastro, 2007).
3)             Umur
Adalah umur individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja (Nursalam 2001:133). Dengan bertambahnya umur seseorang maka kematangan dalam berfikir semakin baik sehingga akan termotivasi dalam pemeriksaan kehamilam untuk mecegah komplikasi pada masa persalinan.
4)             Riwayat Ketuban Pecah Dini
5)             Usia Kehamilan
Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada usia kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden Sectio Caesaria, atau gagalnya persalinan normal.
Persalinan prematur setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.
6)              Cephalopelvic Disproportion(CPD)
Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan persalinan, tetapi yang tidak kurang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan panggul ibu. Partus lama yang sering kali disertai pecahnya ketuban  pada pembukaan kecil, dapat menimbul dehidrasi serta asdosis,dan infeksi intrapartum Pengukuran panggul (pelvimetri) merupakan cara pemeriksaanyang penting untuk mendapat keterangan lebih banyak tentang keadaan panggul (Sarwono,2006)
d.             Patogenesis
Sarwono (2006), telah menyelidiki hal ini, ternyata ada hubungannya dengan hal-hal berikut:
1)             Adanya hipermotilitis rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah dini. Penyakit-penyakit seperti pielonefritis, sistitis, sevisitis, dan vaginitis terdapat bersama-sama dengan hipermotilitas rahim ini.
2)             Selaput ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban)
3)             Infeksi (amnionitis atau koroamnionnitis)
4)             Faktor-faktor lain yang merupakan predisposisi ialah: multifara,malposisi, cervix incompeten,dan lain-lain.
5)             Ketuban pecah dini artifisial(amniotomi),di mana berisi ketuban dipecahkan terlalu dini.
Kadang-kadang sulit atau meragukan kita apakah ketuban benar sudah pecah atau belum, apalagi bila pembukaan kanalis servikalis belum ada atau kecil.
Cara  menentukannya adalah dengan:
1)             Memeriksa adanya cairan yang berisi mekoneum,verniks kaseosa,rambut lanugo atau bila telah terinfeksi berbau.
2)             Inspekulo: lihat dan perhatikan apakah memang air ketuban keluar dari kanalis serviks dan apakah ada bagian yang sudah pecah.
3)             Gunakan kertas lakmus (litmus) :
a)        bila menjadi biru (basa)- air ketuban.
b)        bila menjadi merah (merah)- air kemih (urine)
4)             Pemeriksaan pH forniks posterior pada KPD  pH adalah basa (air ketuban).
5)             Pemeriksaan histopatologi air ketuban. 
6)             Aborization dan sitologi
KPD berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan. Jarak antara pecahnya ketuban dipermulaan dari persalinan disebut periode laten =LP = lag periode. Muda umur kehamilan makin memanjang LP-nya, sedangkan lamanya persalinan lebih pendek dari biasa, yaitu pada primi 10 jam dan 6 jam.
Pengaruh ketuban pecah dini (KPD) :
1)             Terhadap janin   
Walaupun ibu belum menunjukan gejala-gejala infeksi tetapi janin mungkin sudah terkena infeksi, karena infeksi intrauterin lebih dahulu terjadi (aminionitis,vaskulitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan, jadi akan meninggikan mortalitas dan mobiditas perinatal.


2)             Terhadap ibu
Karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal, apa lagi terlalu sering diperiksa dalam, selain itu juga dapat dijumpai infeksi peupuralis (nifas), peritonitis dan seftikamia, serta dry-labor.
Ibu akan merasa lelah karena terbaring di tempat tidur, partus akan menjadi lama maka suhu tubuh naik,nadi cepat dan nampaklah gejala-gejala infeksi.
Hal-hal di atas akan meninggikan angka kematian dan angka morbiditas pada ibu.
e.              Prognosis
Prognosa ketuban pecah dini ditentukan oleh cara penatalaksanaan dan komplikasi-komplikasi dari kehamilan (Mochtar, 1998). Prognosa untuk janin tergantung pada :
1)             Maturitas janin: bayi yang beratnya di bawah 2500 gram mempunyai prognosis yang lebih jelek dibanding bayi lebih besar.
2)             Presentasi: presentasi bokong menunjukkan prognosis yang jelek , khususnya kalau bayinya premature.
3)              Infeksi intra uterin meningkat mortalitas janin.
4)             Semakin lama kehamilan berlangsung dengan ketuban pecah , semakin tinggi insiden infeksi.
Ditentukan oleh cara penatalaksanaan dan komplikasi-komplikasi yang mungkin timbul serta umur dari kehamilan.
Janin diusahakan bertahan sampai minimal 36 minggu kehamilan dan diharapkan janin sudah siap bila terpaksa harus dilahirkan. Kehamilan dengan ketuban pecah dini biasanya berujung kepada persalinan dengan bantuan atau operasi. Dinding kantung ketuban tidak berisi pembuluh darah sehingga tidak ada perdarahan ketika pecah. Ketika usia kehamilan semakin tua, dinding ketuban semakin tipis namun masih cukup kuat menahan tekanan yang semakin besar dari janin, sampai saat waktu persalinan. Bahkan ada dinding ketuban yang harus dipecahkan dokter bila saat persalinan ketuban belum pecah.
Disebut ketuban pecah dini atau premature rupture of membrane, jika ketuban pecah sebelum benar-benar masuk dalam tahap persalinan. Ada juga yang disebut preterm premature rupture of membrane, yakni ketuban pecah saat usia kehamilan belum masa aterm atau kehamilan di bawah 38-42 minggu.
Ketuban atau cairan amnion adalah cairan yang memenuhi rahim yang diproduksi sel-sel trofoblas. Cairan ini merupakan sumber makanan janin dalam kandungan. Sejak berusia 12 minggu, janin mulai minum air ketuban dan mengeluarkannya melalui air seni. Cairan itu berada dalam kantung, yang disebut kantung ketuban, yang terdiri dari jaringan tipis kurang dari 1 milimeter.
Ada beberapa faktor yang membuat ketuban pecah sebelum waktunya:
1)             lnfeksi yang biasanya berawal dari kemaluan, lalu naik ke mulut rahim, leher rahim, dan dinding ketuban. Dinding ketuban paling bawah merupakan bagian yang paling rentan karena mendapat tekanan dari bobot janin, dan juga yang pertama mendapat infeksi dari kemaluan.
2)             Gangguan pada leher rahim (cervix incompetence) sehingga dinding ketuban paling bawah mendapatkan tekanan yang semakin tinggi.
3)             Posisi plasenta di bawah. Posisi plasenta yang baik di sebelah atas agak ke kiri atau kanan sedikit.
4)             Tindakan invasif ke leher rahim, misalnya karena pemeriksaan medis atau upaya pengguguran.
5)             Gangguan terhadap jaringan kolagen penyangga dinding
amnion, misalnya kebiasaan merokok dan minum alkohol.
6)             Tekanan di dalam rahim meningkat karena cairan ketuban berlebihan, kehamilan kembar, janin yang besar, atau adanya kelainan anatomis pada janin.
Pada kasus ketuban pecah dini, dokter akan meminta ibu hamil beristirahat total. Dokter juga akan memberikan obat untuk mencegah kontraksi sehingga janin selama mungkin dipertahankan dalam rahim sampai menjelang datangnya waktu persalinan atau masa aterm.
f.              Komplikasi
Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada usia kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden SC, atau gagalnya persalinan normal.
1)             Persalinan Prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.
2)             Infeksi
Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah dini. Pada ibu terjadi korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia, omfalitis. Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban pecah dini premature, infeksi lebih sering dari pada aterm. Secara umum insiden infeksi sekunder pada KPD meningkat sebanding dengan lamanya periode laten.
3)             Hipoksia dan asfiksia
Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin dan derajat oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat.
4)             Syndrom deformitas janin
Ketuban pecah dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin, serta hipoplasi pulmonal.
Adapun pendapat yang lain (Mochtar, 1998):
1)             Bagi Janin
a)             Prematuritas
b)             Infeksi  
c)             Semakin lama periode laten, semakin lama kala satu persalinan, maka semakin besar insiden infeksi
d)            Mal presentasi; sering dijumpai pada presentasi bokong
e)             Prolaps tali pusat; sering dijumpai, khususnya pada bayi prematur
f)              Mortalitas perinatal; semakin lama periode laten semakin tinggi mortalitasnya
2)             Bagi Ibu
a)             Partus Lama
Adanya inkoordinasi kontraksi otot rahim akibat dari induksi persalinan dengan oksitosin sehingga menyebabkan sulitnya kekuatan otot rahim untuk meningkatkan pembukaan atau pengusiran janin dari dalam rahim.
b)             Perdarahan post partum
          Adanya penggunaan narkosa pada penanganan ketuban pecah dini dengan tindakan induksi
c)             Atonia Uteri
          Bila pada saat ketuban pecah servik belum matang atau belum membuka sehingga akan memperlama proses persalinan dan menyebabkan kelelahan pada ibu yang berakibat pada lemahnya kontraksi uterus.
d)            Infeksi Nifas
Adanya infeksi intra partum akibat ketuban pecah lebih dari 6 jam.

B.       Kerangka Teori dan Kerangka Konsep
Penyebab ketuban pecah dini masih belum dapat diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Umur individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja (Nursalam 2001:133). Dengan bertambahnya umur seseorang maka kematangan dalam berfikir semakin baik sehingga akan termotivasi dalam pemeriksaan kehamilam untuk mecegah komplikasi pada masa persalian.
Multigraviditas atau paritas tinggi merupakan salah satu dari penyebab terjadinya kasus ketuban pecah sebelum waktunya (Sarwono, 2005)
Kejadian ketuban pecah sebelum waktunya dapat disebabkan oleh kelelahan dalam bekerja. Hal ini dapat dijadikan pelajaran bagi ibu-ibu hamil agar selama masa kehamilan hindari/kurangi melakukan pekerjaan yang berat (Mochtar, 2007)
Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada usia kehamilan.
Berdasarkan teori di atas untuk lebih jelas dapat dilihat bagan kerangka konsep berikut ini:
Bagan 2.1
Kerangka Konsep



 




C.      Pertanyaan Penelitian
“Bagaimanakah karakteristik ibu bersalin dengan KPD (ketuban pecah dini) di RSUD dr. Murjani Sampit tahun 2011-2012” 

 
BAB  III
METODE PENELITIAN

A.      Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama membuat gambaran diskripsi tentang suatu keadaan secara obyektif (Notoatmodjo, 2002). Di mana bertujuan untuk mendapatkan karakteristik ibu bersalin dengan KPD di RSUD dr. Murjani Sampit tahun 2012.
B.       Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan Cross Sectional karena pengambilan data faktor-faktor yang berhubungan dengan karakteristik ibu bersalin dengan KPD di RSUD dr. Murjani Sampit. tidak melakukan intervensi atau perlakukan apapun terhadap objek penelitian dan pengukuran variabel pada saat yang bersamaan (Notoatmodjo,2005)
C.      Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1.        Variabel Penelitian
Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain. (Notoatmodjo, 2010).
Variabel yang akan diteliti dalam penelitian adalah:
a.         umur
b.        paritas
c.          perkerjaan
d.        usia kehamilan
e.         Riwayat KPD
f.         Cephalopelvic disproportion (CPD) /(panggul sempit).
2.        Definisi  Operasional
Definisi operasional adalah  mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran  secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena. Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan dalam penelitian (Aziz, A, 2009).
                                            Tabel 3.1
    Definisi Operasional

Variabel
Defenisi oprasional
Hasil ukur
Alat ukur
Skala
-        Umur
Lama seseorang individu hidup sejak dinyataka dalam hitungan tahun.

-        <20
-        >20-35thn
-        >35 thn
ceklist
-   Ordinal

-        paritas
Jumlah anak yang pernahdi lahirkan baik lahir hidup maupun lahir mati yang dinyatakan dalam orang kemudian dimasukan dalam kategori umum yang biasa digunakan.

-         0
-         1
-         3-5
-         >5
ceklist
-   Ordinal
-        pekerjaan
Suatu kegiatan utama ibu hamil  yang dilakukan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan hidup nya.
-         Irt
-         pns
-         pedagang
-         petani
-         karyawan

ceklist
-   nominal
-   usia kehamilan
Lama sesorang ibu hamil dari 0- sampai dengan wktu persalinanya
-         21 minggu
-         28 minggu
-         35 minggu
-         40 minggu

ceklist
-   Nominal
-        Riwayat KPD
Pernah atau tidak nya mengalami kpd
-         Pernah
-         Tidak pernah
ceklist
-   Nominal
Status CPD(panggul sempit )




Status sepalopelvic disproporsi(CPD) yang dimiliki oleh ibu bersalin dengan ketuban pecah dini(KPD).
-         ibu dengan CPD
-         ibu tidak dengan CPD
Ceklist



-   nominal
               
D.      Populasi dan Sampel
1.        Populasi
Dalam penelitian ini populasi adalah ibu bersalin dengan KPD pada tahun 2011 dan periode januari-Maret 2012 yang ada di RSUD dr. Murjani Sampit.
2.        Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006) Sampel adalah sebagian yang diteliti yang dianggap mewakili seluruh populasi. Sampel kasus diambil berdasarkan hasil pemeriksaan secara klinis, ibu yang bersalin terindikasi KPD  yang dirawat di Rumah Sakit Dr. Murjani Sampit. Dalam hal ini jumlah sampel yang ditetapkan berjumlah 144 kasus KPD.
E.       Prosedur  Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan cara menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah data yang didapatkan dari pihak RSUD Dr. Murjani. Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data pada penelitian berupa ceklist sesuai rekam medik atau medical record, ibu bersalin dengan KPD di RSUD Dr.Murjani Sampit Tahun 2011-2012.


F.       Pengelolaan dan Analisis Data
1.        Pengolahan data
Setelah data terkumpul dari lembar observasi atau check list, maka dilakukan pengolahan data yang melalui tahapan sebagai berikut :
a.         Editing, pada tahap ini penulis melakukan pemeriksaan terhadap data yang diperoleh kemudian diteliti apakah terdapat kekeliruan dalam pengisiannya.
b.        Coding, setelah dilakukan editing selanjutnya penulis memberikan kode tertentu pada tiap-tiap data sehingga memudahkan dalam melakukan analisis data.
c.         Tabulasi, pada tahap ini hasil lembar observasi responden yang sama dikelompokan dengan teliti dan teratur, lalu dihitung dan dijumlahkan kemudian disajikan dalam bentuk tabel-tabel.
d.        Entry, data yang sudah diberi kode kemudian dimasukkan ke dalam computer untuk di entry.
e.         Cleaning, merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang dimasukan,  dilakukan bila terdapat kesalahan dalam memasukan data yaitu dengan melihat distribusi frekuensi dari variabel-variabel yang diteliti.
2.        Analisis data
Analisis data ini dilakukan dengan mengumpulkan catatan yang relevan dan menghubungkan antara yang satu dengan yang lainnya sehingga diperoleh kesimpulan. Dalam analisis ini penulis menggunakan analisa univariat yaitu manghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel. Dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
x 100 %
Keterangan :
P : Presentase
n : Frekuensi setiap kategori
N : Jumlah responden
G.      Keterbatasan Penelitian
Data yang tersedia adalah data sekunder dan informasi yang ada dalam catatan rekam medis sangat terbatas sehingga tidak semua hal-hal yang berkaitan dengan KPD dapat digali secara mendalam.
H.      Lokasi  dan Jadwal Penelitian
1.        Lokasi, penelitian ini dilakukan di Ruang Kebidanan RSUD Dr.Murjani Kabupaten Kotawaringin Timur.
2.        Waktu Penelitian, penelitian ini dimulai bulan Maret 2012 sampai dengan Agustus 2012.